Apotek Khusus Jamu
Tak Lama Lagi Tersedia Dokter, Resep, Klinik, dan Apotek Khusus Jamu , Industri jamu memasuki babak baru seiring keputusan pemerintah mengembangkan uji ilmiah (saintifikasi) jamu berbasis pelayanan kesehatan.
Tujuannya agar masyarakat maupun dokter menjadi yakin memanfaatkan jamu sebagai pengobatan resmi.
Jangan lagi punya anggapan bahwa Jamu adalah obat zaman dulu atau hanya cocok untuk orang tua. Dalam perkembangannya, salah satu kekayaan asli budaya Indonesia itu kini menjadi potensi ekonomi yang kian diperhitungkan. Bahkan, ke depan jamu siap membuka peluang pasar baru industri pengobatan nasional.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu) Charles Saerang mengungkapkan, tahun lalu, nilai penjualan industri farmasi senilai Rp 34 triliun dan industri jamu Rp 8,2 triliun. Charles optimistis, omzet produksi industri jamu Indonesia pada 2010 akan mencapai Rp10 triliun.
Dia menilai, pengembangan potensi jamu sangat luar biasa, terutama untuk pangsa ekspor, mengingat permintaan luar negeri selama ini cukup besar. “Pangsa ekspor jamu di luar negeri, diantaranya Taiwan, Hongkong, dan Arab Saudi, namun permintaan terbesar jamu sampai saat ini masih dipegang Taiwan,” katanya usai peresmian Program Saintifikasi Jamu di Kendal, Jawa Tengah, kemarin.
Ia mencontohkan, nilai ekspor bahan-bahan mentah campuran yang digunakan sebagai jamu dari produksi PT Nyonya Meneer saja mencapai Rp 3 miliar per bulan. “Bahan-bahan jamu yang diekspor didominasi temulawak, sambiloto, dan kunyit, dan jenis jamu yang diminati biasanya untuk mengobati darah tinggi, rematik, diabetes, dan liver,” papar Direktur Utama PT. Nyonya Meneer itu. Menurutnya, tanaman Indonesia yang telah dimanfaatkan oleh industri jamu saat ini mencapai 200 spesies, dari puluhan ribu spesies tanaman yang ada di Indonesia.
Dia menyambut gembira penggunaan jamu yang mulai dipadukan dalam pelayanan kesehatan sehingga nantinya ada dokter, klinik, dan apotek herbal yang khusus menangani jamu. “Namun, yang terpenting adalah mengubah paradigma para dokter yang selama ini masih mengandalkan obat-obatan konvensional, untuk mulai menggunakan jamu dalam pengobatan,” kata Saerang.
Sementara itu Senior Research and Development Mustika Ratu Debita Agus mengatakandengan adanya saintifikasi jamu, citra jamu akan semakin terangkat. Sebab, jamu yang disaintifikasi bukan sembarangan karena harus memiliki setifikat dari Badan (dikutip dari jawapos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar